BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Manajamen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
1. Pengertian Manajemen
Dalam Kamus Ilmiah
Populer memberikan makna manajemen sebagai pengelolaan usaha, kepengurusan,
ketatalaksanaan penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran
yang digunakan.[1]
Manajemen adalah proses atau kegiatan satu orang atau
lebih yang memanfaatkan sumber daya yang ada untuk memperoleh hasil melalui
kegiatan bersama dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.[2]
Manajemen yaitu proses penyelenggaraan
berbagai kegiatan dalam rangka penerapan tujuan.[3]
|
“Management is the planning, organizing,
leading and controlling of human and other resources to achieve organizational
goals effectively and efficiently.”[4]
Management focus: 1) prior; emphasis on short
term perpormance measures and compensation 2) contemporary; emphasis on the
long term, focus on critical succes factors, commitment to long term succes.[5]
2. Pengertian Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan Madrasah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan
sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi
peserta didik di madrasah. Dalam hal ini, madrasah sebagai sistem sosial
merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu
masyarakat. Madrasah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam
mencapai tujuan madrasah atau pendidikan secara efektif dan efesien. Madrasah
hendaknya mengetahui apa kebutuhan masyarakat sehingga dapat memenuhinya.
Dengan perkataan lain, antara madrasah dengan masyarakat harus dibina suatu hubungan
yang harmonis.
Melalui hubungan yang harmonis tersebut
diharapkan tercapai tujuan hubungan madrasah dengan masyarakat, yaitu
terlaksananya proses pendidikan di madrasah secara produktif, efektif, dan
efesien, sehingga menghasilkan lulusan madrasah yang produktif dan berkualitas.
Lulusan yang berkualitas ini tampak dari penguasaan peserta didik terhadap ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang dapat dijadikan bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya atau hidup di masyarakat sesuai
dengan asas pendidikan seumur hidup.[6]
Istilah hubungan dengan masyarakat dikemukakan
kali pertama oleh presiden Amerika Serikat, Thomas Jefferson tahun 1807 dengan
istilah Public Relations. Hingga saat ini pengertian hubungan
dengan masyarakat itu sendiri belum mencapai suatu mufakat konvensional.
Adapun pengertian hubungan dengan masyarakat
menurut Abdurrachman ialah kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian,
good will, kepercayaan, penghargaan dari publik sesuatu badan
khususnya dan masyarakat pada umumnya.[7]
Sedangkan menurut Syamsi, hubungan dengan
masyarakat adalah untuk mengembangkan opini publik yang positif terhadap suatu
badan, publik harus diberi penerangan-penerangan yang lengkap dan obyektif
mengenai kegiatan-kegiatan yang menyangkut kepentingan mereka, sehingga dengan
demikian akan timbul pengertian darinya. Selain itu pendapat-pendapat dan
saran–saran dari publik mengenai kebijaksanaan badan itu harus diperhatikan dan
dihargai.[8]
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan
jalinan interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di
tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari masyarakat.
Dan mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan masyarakat
untuk kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah penjalinan hubungan
tersebut adalah untuk mensuksekan program-program sekolah yang bersangkutan
sehingga sekolah tersebut bisa tetap eksis.
Sedangkan hubungan sekolah dengan masyarakat, Kindred Leslie
menyatakan bahwa pengertian hubungan sekolah dengan masyarakat adalah: “School
public relations is a process of communication between the school and community
for purpose of increasing citizen understanding of educational needs and
practices and encouraging intelligent citizen interest and cooperation in the
work of improving the school”.[9]
Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi
antara sekolah dan masyarakat dengan maksud meningkatkan pengertian warga
masyarakat tentang kebutuhan dan praktek pendidikan serta mendorong minat dan
kerja sama warganya dalam usaha memperbaiki sekolah.
Dalam definisi ini, terkandung maksud bahwa kepentingan hubungan
sekolah dengan masyarakat tidak hanya sebatas pada kepentingan sekolah, tetapi
juga untuk kepentingan masyarakat. Jadi dalam hubungan sekolah dengan
masyarakat terdapat unsur yang saling melengkapi.
Definisi tersebut juga menunjukkan bahwa dalam kegiatan hubungan
sekolah dan masyarakat terkandung kegiatan komunikasi, sehingga dengan
demikian, hubungan sekolah dengan masyarakat tidak hanya terjadi di sekolah
saja, atau antara sekolah dan orang-orang atau lembaga di lingkungan sekolah
tersebut, tetapi dapat menyangkut semua bentuk komunikasi tentang masalah
pendidikan.[10]
3. Pengertian Manajemen Hubungan Sekolah dengan
Masyarakat
Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara
sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan
simpati dari masyarakat pada umumnya, serta dari publik pada khususnya,
sehingga kegiatan operasional sekolah/pendidikan semakin efektif dan efisien,
demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.[11]
B. Tujuan dan Manfaat Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Administrasi dan Supervisi
Pendidikan mengemukakan bahwa: “tujuan hubungan sekolah dengan
masyarakat dapat ditinjau dari sudut kepentingan sekolah dan kepentingan
masyarakat itu sendiri”.[12]
Dari sudut kepentingan sekolah, hubungan sekolah dengan masyarakat
bertujuan untuk:
1.
Memelihara
kelangsungan hidup sekolah.
2.
Meningkatkan
mutu pendidikan.
3.
Memperlancar
proses belajar mengajar.
4.
Memperoleh
dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan dalam pengembangan dan
pelaksanaan program sekolah.[13]
Sedangkan jika ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat, maka
tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah:
1.
Memajukan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam bidang mental-spiritual.
2.
Memperoleh
bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat.
3.
Menjamin
relevansi program sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
4.
Memperoleh
kembali anggota-anggota masyarakat yang makin meningkat kemampuannya.[14]
Di samping tujuan-tujuan seperti di atas, ada pula beberapa tujuan
lain dari hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu:
1.
Mengenalkan
pentingnya sekolah bagi masyarakat.
2.
Mendapatkan
dukungan dan bantuan moril maupun finansial yang diperlukan bagi pengembangan
sekolah.
3.
Memberikan
informasi kepada masyarakat tentang isi dan pelaksanaan program sekolah.
4.
Memperkaya atau
memperluas program sekolah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
5.
Mengembangkan
kerja sama yang lebih erat antara keluarga dan sekolah dalam mendidik
anak-anak.
Menurut Elsbree dan McNally, berbagai tujuan hubungan sekolah
dengan masyarakat seperti disebutkan di atas dapat dikelompokkan secara garis
besar menjadi tiga tujuan pokok yaitu:
1.
Untuk
mengembangkan mutu belajar dan pertumbuhan anak-anak.
2.
Untuk
mempertinggi tujuan-tujuan dan mutu kehidupan masyarakat.
3.
Untuk
mengembangkan pengertian, antusiasme masyarakat dalam membantu pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah.[15]
Sedangkan menurut Mulyasa[16], tujuan dari hubungan sekolah dengan
masyarakat adalah: (1) memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta
didik; (2) memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan
masyarakat; dan (3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan
sekolah.
C.
Jenis-Jenis Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Sebagian masyarakat masih mengartikan hubungan sekolah dengan
masyarakat dalam pengertian sempit. Mereka berpendapat bahwa hubungan kerjasama
tersebut hanyalah sebatas pendidikan anak saja, sehingga ketika orang tua dan
guru di sekolah sudah berusaha memberikan pendidikan, maka hal itu sudah
dianggap cukup. Itulah sebabnya banyak kepala sekolah dan guru yang telah
merasa cukup jika di sekolahnya telah ada BP3 atau komite sekolah yang
sewaktu-waktu dapat dihubungi atau dijadikan perantara antara sekolah dan keluarga
siswa dalam pemecahan masalah yang berkenaan dengan siswa, atau jika ada
kebutuhan sekolah yang perlu dipikirkan bersama oleh sekolah dan orang tua
murid. Padahal hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat mengandung arti
yang lebih luas, bahkan mencakup beberapa bidang yang berkaitan dengan
pendidikan anak dan masyarakat pada umumnya.[17]
Hubungan sekolah dengan masyarakat dapat digolongkan menjadi tiga
jenis hubungan, yaitu; hubungan edukatif, hubungan kultural, dan hubungan
institusional.[18]
1.
Hubungan
edukatif
Hubungan edukatif adalah hubungan kerja sama antara sekolah dan
masyarakat khususnya orang tua siswa dalam hal mendidik siswa tersebut. Adanya
hubungan ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan prinsip atau bahkan
pertentangan yang dapat mengakibatkan keraguan pendirian dan sikap pada diri
siswa. Antara sekolah yang diwakili guru dan orang tua tidak saling berbeda dan
berselisih paham, baik tentang norma-norma etika maupun norma-norma sosial yang
hendak ditanamkan kepada siswa. Juga kerja sama dalam usaha pemenuhan fasilitas
yang diperlukan untuk belajar baik di sekolah maupun di rumah, pemecahan
masalah yang menyangkut kesulitan belajar maupun kenakalan anak-anak.[19]
Pelaksanaan program-program sekolah memerlukan partisipasi
masyarakat dan orang tua peserta didik. Masyarakat dan orang tua tidak hanya
mendukung melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite madrasah dan dewan
pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat
meningkatkan kualitas sekolah. Masyarakat dan orang tua menjalin kerja sama
untuk memberikan bantuan dan pemikiran serta menjadi nara sumber pada berbagai
kegiatan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.[20]
Masyarakat dan orang tua juga secara aktif terlibat dalam proses kontrol
kualitas hasil belajar siswa dan pengelolaan sekolah secara umum.[21]
Hubungan ini dapat direalisasikan antara lain dalam bentuk komite
sekolah. Dalam sistem Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)/Manajemen
Berbasis Madrasah (MBM),
semua kebijakan dan program sekolah ditetapkan oleh komite sekolah yang
merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari para anggota yang
terdiri dari wakil pejabat pendidikan daerah, kepala madrasah, perwakilan guru,
perwakilan orang tua/wali siswa, perwakilan tokoh masyarakat setempat,
pengusaha dan pejabat daerah di mana sekolah itu berada. Komite sekolah inilah
yang sangat berperan menetapkan segala kebijakan berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang
pendidikan yang berlaku di daerah mana sekolah itu berada. Komite sekolah juga
merumuskan dan menetapkan visi, misi dan tujuan sekolah dengan berbagai
implikasinya terhadap program-program kegiatan operasional untuk mencapai
tujuan sekolah yang telah disepakati.[22]
Hubungan ini bisa pula direalisasikan dalam bentuk hubungan
individual, yaitu dengan melakukan kunjungan oleh guru ke rumah orang tua siswa
atau sebaliknya. Atau dapat pula dalam bentuk pertemuan antara guru-guru dengan
para orang tua siswa per kelas untuk mengadakan dialog terbuka mengenai
permasalahan pendidikan yang sedang dihadapi baik di sekolah maupun dalam
keluarga berikut cara mengatasinya.
2.
Hubungan
kultural
Yang dimaksud dengan hubungan kultural adalah usaha kerja sama
antara sekolah dan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan
mengembangkan kebudayaan masyarakat di mana sekolah itu berada. Hal ini
berkaitan dengan keberadaan sekolah sebagai lembaga yang diharapkan dapat
menjadi barometer bagi maju mundurnya kehidupan, cara berpikir, kepercayaan,
kesenian, adat istiadat dan sebagainya dari masyarakat lingkungan sekolah
tersebut. Bahkan sekolah diharapkan menjadi tempat terpencarnya norma-norma
kehidupan seperti norma agama, etika, sosial, estetika dan sebagainya.
Untuk itu diperlukan adanya hubungan kerja sama yang fungsional
antara kehidupan sekolah dan masyarakat. Kegiatan-kegiatan kurikulum sekolah
pun sedapat mungkin disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan
masyarakat. Demikian pula dengan pemilihan bahan pengajaran dan metode-metode
yang digunakan.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan hubungan kerja sama ini, sekolah
dianjurkan untuk mengerahkan siswanya untuk membantu kegiatan-kegiatan sosial
yang diadakan masyarakat. Seperti gotong royong bersama warga setempat dalam
pembangunan jalan, perbaikan irigasi, penyelenggaraan perayaan hari besar
nasional dan keagamaan, maupun dengan pementasan kesenian daerah. Sekolah juga
diharuskan membantu menyediakan ruangan untuk kepentingan rapat-rapat,
perayaan-perayaan, dan kelompok-kelompok belajar yang ada di masyarakat di
sekitar sekolah tersebut. Kegiatan-kegiatan seperti ini mengandung pendidikan
terhadap siswa untuk berpartisipasi dan turut bertanggung jawab terhadap
masyarakat dan lingkungannya.[23]
3.
Hubungan
institusional
Hubungan institusional merupakan hubungan kerja sama antara sekolah
dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lainnya baik pemerintah
maupun swasta, seperti hubungan kerja sama antara sekolah dengan sekolah
lainnya, antara sekolah dengan kepala pemerintahan setempat, atau dengan
perusahaan swasta dan organisasi kemasyarakatan tertentu.[24]
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mendidik anak-anak yang
nantinya akan hidup sebagai anggota masyarakat yang terdiri dari berbagai macam
golongan, status sosial dan pekerjaan sangat membutuhkan adanya hubungan kerja
sama seperti ini. Dengan adanya hubungan kerja sama ini, sekolah dapat meminta
bantuan dari lembaga-lembaga tersebut baik berupa tenaga pengajar, pemberian
ceramah tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengadaan dan pengembangan
kurikulum, maupun bantuan berupa fasilitas dan alat-alat yang diperlukan bagi
kelancaran pelaksanaan program sekolah.
Realisasi hubungan kerja sama ini seperti kerja sama sekolah dengan
instansi kesehatan dalam penyelenggaraan Unit Kesehatan Sekolah, kerja sama
dengan pihak kepolisian dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang penyakit
masyarakat, kerja sama dengan organisasi kepemudaan seperti Pramuka dalam usaha
mengembangkan minat dan bakat siswa, dan lain-lain.
Dengan dilaksanakannya ketiga jenis hubungan sekolah dengan
masyarakat tersebut, diharapkan sekolah tidak lagi selalu ketinggalan dengan
perubahan dan tuntutan masyarakat yang selalu berkembang. Apalagi dengan
perkembangan teknologi yang demikian pesat, jika sekolah tidak dapat mengikuti
perkembangan tersebut, maka sekolah akan tercecer dan terisolasi dari
masyarakat sehingga fungsinya akan lebih sebagai “penjara intelek” daripada
lembaga pengembangan keilmuan. Adanya hubungan sekolah dengan masyarakat ini
dimaksudkan pula agar proses belajar yang berlaku di sekolah mengalami
perubahan, dari proses belajar dengan cara memberikan bahan pelajaran yang
telah dicerna oleh guru, menjadi proses belajar yang inovatif, yaitu belajar
secara antisipatoris dan partisipatoris. Dalam proses ini sekolah tidak hanya
memberikan pengetahuan tentang pemecahan masalah, tetapi justru yang lebih
penting adalah mengidentifikasi, mengerti dan merumuskan kembali masalah
tersebut. Siswa dididik untuk berpartisipasi dalam arti luas di kehidupan
masyarakat, dan dapat mengantisipasi kehidupan masyarakat yang akan datang di
mana mereka akan hidup dan terlibat di dalamnya setelah mereka dewasa.[25]
D.
Teknik-Teknik Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Ada sejumlah tehnik yang kiranya dapat diterapkan lembaga
pendidikan, tehnik-tehnik tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
tehnik tertulis, tehnik lisan, dan tehnik peragaan, tehnik elektronik.
1.
Teknik Tertulis
Hubungan antara sekolah dan masyarakat dapat dilakukan secara
tertulis, cara tertulis yang dapat digunakan meliputi:
a.
Buku
kecil pada permulaan tahun ajaran
Buku kecil pada permulaan tahun ajaran baru ini isinya dijelaskan
tentang tata tertib, syarat-syarat masuk, hari-hari libur, hari-hari efektif.
Kemudian buku kecil ini dibagikan kepada orang tua murid, hal ini biasanya
dilaksanakan di taman kanak-kanak (TK).
b.
Pamflet
Pamflet merupakan selebaran yang biasanya berisi tentang sejarah
lembaga pendidikan tersebut, staf pengajar, fasilitas yang tersedia, dan
kegiatan belajar. Pamflet ini selain
di bagikan ke wali murid juga biasanya di
sebarkan ke masyarakat umum, selain untuk menumbuhkan pengertian masyarakat
juga sekaligus untuk promosi lembaga.[26]
c.
Berita
kegiatan murid
Berita ini dapat dibuat sederhana mungkin pada selebaran kertas
yang berisi informasi singkat tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
sekolah atau pesantren. Dengan membacanya orang tua murid mengetahui apa yang
terjadi di lembaga pendidikan tersebut, khususnya kegiatan yang dilakukan
murid.
d.
Catatan
berita gembira
Tehnik ini sebenarnya mirip dengan berita kegiatan murid, keduanya
sama-sama ditulis dan disebarkan ke orang tua. Hanya saja catatan berita
gembira ini berisi tentang keberhasilan seorang
murid. Berita tersebut ditulis di selebaran kertas dan disampaikan kepada wali
murid atau bahkan disebarkan ke masyarakat.
e.
Buku
kecil tentang cara membimbing anak
Dalam rangka menciptakan hubungan yang harmonis dengan orang tua,
kepala sekolah atau guru dapat membuat sebuah buku kecil yang sederhana yang
berisi tentang cara membimbing anak yang efektif, kemudian buku tersebut
diberikan kepada orang tua murid.[27]
2.
Teknik Lisan
Hubungan sekolah dengan masyarakat dapat juga lisan, yaitu:
a.
Kunjungan
rumah
Dalam rangka mengadakan hubungan dengan masyarakat, pihak sekolah
dapat mengadakan kunjungan ke rumah wali murid, warga atupun tokoh masyarakat.
Melalui kunjungan rumah ini guru akan mengetahui masalah anak dirumahnya.
Apabila setiap anak diketahui problemnya secara totalitas, maka program
pendidikan akan lebih mudah direncanakan untuk disesuaikan dengan minatnya. Hal
ini akan memperlancar mancapai tujuan program pendidikan sekolah tersebut.[28]
b.
Panggilan
orang tua
Selain mengadakan kunjungan ke rumah, pihak sekolah sesekali juga
memanggil orang tua murid datang ke sekolah. Setelah datang,
mereka diberi penjelasan tentang perkembangan pendidikan di lembaga tersebut.
Mereka juga perlu diberi penjelasan khusus tentang perkembangan pendidikan
anaknya.
c.
Pertemuan
Dengan tehnik ini berarti sekolah mengundang masyarakat dalam acara
pertemuan khusus untuk membicarakan masalah atau hambatan yang dihadapi
sekolah. Pertemuan ini sebaiknya diadakan pada waktu tertentu yang dapat
dihadiri oleh semua pihak yang diundang. Sebelum pertemuan dimulai acaranya
disusun terlebih dahulu. Oleh karena itu, dalam setiap akan mengadakan
pertemuan sebaiknya dibentuk panitia penyelenggara.
3.
Teknik Peragaan
Hubungan sekolah dengan masyarakat dapat dilakukan dengan cara
mengundang masyarakat melihat peragaan yang diselenggarakan sekolah. Peragaan
yang diselenggarakan biasanya berupa pameran
keberhasilan murid. Misalkan di TK menampilkan anak-anak bernyanyi, membaca
puisi, atau biasanya di pesantren ketika mengadakan pengajian ditampilkan
santri-santri yang hafal nadhom alfiyah. Pada kesempatan itu kepala sekolah
atau guru atau juga pengasuh kalau di pondok pesantren dapat menyampaikan
program-program peningkatan mutu pendidikan dan juga masalah atau hambatan yang
dihadapi dalam merealisasikan program-program itu.[29]
4.
Teknik Elektronik
Seiring dengan perkembangan teknologi elektronik maka dalam
mengakrabkan sekolah dengan orang tua murid dan masyarakat pihak sekolah dapat
menggunakan sarana elektronik, misalkan dengan telpon, televisi, ataupun radio,
sekaligus sebagai sarana untuk promosi pendidikan.
E.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pelaksanaan Manajemen Hubungan
Sekolah dengan
Masyarakat
1.
Tenaga
pelaksana
Sesuai dengan konsep otonomi sekolah, kepala sekolah memiliki
kekuasaan yang lebih besar untuk mengambil keputusan berkaitan dengan sistem
administrasi pendidikan. Meski demikian, dalam pengambilan keputusan perlu
dilaksanakan secara demokratis, antara lain dengan melibatkan semua pihak
khususnya guru dan orang tua peserta didik; membentuk pengambil keputusan dalam
hal-hal yang relevan dengan tugasnya; serta menjamin kerja sama dengan
masyarakat dan dunia kerja.[30]
Kepala sekolah dan seluruh warganya harus menjadi learning
person yang senantiasa belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan secara terus menerus. Seluruh warga sekolah perlu memiliki
pengetahuan untuk meningkatkan prestasi, memahami dan melaksanakan berbagai
teknik. Untuk itu sekolah harus memiliki sistem pengembangan sumber daya
manusia yang diwujudkan melalui pelatihan atau yang sejenis.[31]
Sebagai ujung tombak pelaksanaan hubungan
sekolah dengan masyarakat, kepala sekolah harus dapat menggerakkan seluruh
komponen administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat untuk mengidentifikasi
berbagai permasalahan yang sedang dihadapi sekolah, kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan masyarakat, untuk kemudian bersama-sama mencari jalan keluar dari
permasalahan tersebut.
2.
Media
informasi
Dalam pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat, perlu adanya
informasi yang jelas tentang program pendidikan dan lainnya yang netral dan
transparan, karena dari informasi tersebut seseorang akan mengetahui kondisi
sekolah. Informasi ini diperlukan untuk keperluan monitoring, evaluasi, dan
akuntabilitas sekolah. Informasi yang amat penting untuk dimiliki sekolah, antara
lain berkenaan dengan kemampuan guru, prestasi peserta didik, alumni madrasah,
kepuasan orang tua dan peserta didik, serta visi dan misi madrasah.[32]
Ada beberapa media informasi yang dapat digunakan dalam hubungan
sekolah dengan masyarakat yang secara umum terbagi menjadi dua, yaitu media
langsung dan media tidak langsung.
Yang tergolong media langsung adalah seperti:
a.
Rapat-rapat
formal dalam rangka membahas program sekolah dalam upaya peningkatan kegiatan
dan peningkatan mutu pendidikan yang diselenggarakan sekolah dan anggota komite
sekolah.
b.
Pekan
pendidikan.
c.
Peringatan
hari ulang tahun sekolah.
d.
Kunjungan
guru ke rumah siswa atau kunjungan orang tua siswa ke sekolah.
Sedangkan yang termasuk media tidak langsung adalah media tanpa
tatap muka, yaitu bisa berupa:
a.
Media
cetak seperti buletin atau majalah sekolah, koran, brosur dan lain-lain.
b.
Media
elektronik seperti telepon, siaran radio dan televisi, video dan lain-lain.
3.
Lingkungan
Masyarakat merupakan lingkungan sosial yang memiliki pengaruh
terhadap sikap dan cara-cara kerja para karyawan, guru-guru, bahkan kepala
sekolah sebagai tenaga pelaksana dalam administrasi hubungan sekolah dengan
masyarakat. Karena itu perlu dipelajari ciri-ciri dan sifat-sifat masyarakat di
lingkungan sekolah tersebut.
Isi lingkungan sosial dapat dikelompokkan menjadi empat kategori
yang satu sama lain saling berkaitan, yaitu:
a.
Fisik,
teknologi, dan sumber daya manusia (physical, technological, and human
resources);
b.
Sistem
hubungan keluarga dalam masyarakat (relational system in the community);
c.
Jaringan-jaringan
organisasi (the network of organizations);
d.
Cara-cara
berpikir, kepercayaan dan nilai-nilai (pattern of thought, belief, and
values) yang ada dan dianut oleh anggota masyarakat.[33]
Untuk dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka hubungan
sekolah dengan masyarakat dengan lebih efektif, maka kepala sekolah dan para
guru perlu memahami dan mempelajari keempat isi lingkungan sosial tersebut pada
lingkungan masyarakat di mana sekolah itu berada.
Masyarakat Indonesia misalnya, dilihat dari sisi lingkungan
sosialnya adalah masyarakat yang heterogen. Setiap daerah dan wilayah memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Masyarakat daerah pegunungan yang didominasi
oleh golongan petani tentunya berbeda dengan masyarakat daerah pesisir yang
kebanyakan adalah nelayan. Demikian pula dengan masyarakat di kota-kota besar
yang umumnya merupakan pedagang, pengusaha atau karyawan berbeda dengan
masyarakat di daerah pelosok yang belum dijamah oleh kemajuan teknologi.
Perbedaan isi lingkungan sosial tersebut mempengaruhi dan mencerminkan adanya
perbedaan dan pandangan hidup, cara berpikir, dan persepsinya terhadap
pendidikan sesuai dengan lingkungan sosial masing-masing. Dengan memahami
perbedaan dan karakteristik isi lingkungan sosial beserta prosesnya, diharapkan
sekolah dapat mengadaptasi kegiatan-kegiatannya dalam usaha melaksanakan kerja
sama antara sekolah dan masyarakat.[34]
[1]Prus A. Partanto dan M. Dahlan Al Bary, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:
Arloka, 1994), h. 434
[2]Arsyad
Azhar, Pokok-pokok Manajemen,
(Yogykarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 4
[3]Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), h. 5
[4]Gareth R. Jones, Jennifer M. George, Essentials of Contemporary
Management, (Americas, New York: Mc Graw-Hill/Irwin, an Imprint of the Mc
Graw-Hill Companies, Inc, 2004), h. 4
[5]Edward J. Blocher, et all, Study Guide For Use With Cost Management A
Strategic Emphasis, (Americas, New York: Mc Graw-Hill/Irwin, an Imprint of
the Mc Graw-Hill Companies, Inc, 2002), h. 7-8
[6]E.
Mulyasa, Manajemen Berbasis Madrasah, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012), cet. ke-14, h. 50-52
[7]Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di
Sekolah. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 155
[9]Hendyat Sutopo dan Wasty Soemanto, Pengantar Administrasi Pendidikan,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 47
[10]Ary
H. Gunawan, Administrasi Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h.
99-100
[11]Suryosubroto, op.
cit., h. 155
[12]M.
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1987), h. 189
[17]M.
Ngalim Purwanto, op. cit., h. 194.
[20]Husniar Arsyuddin (ed.), Pola Manajemen Penyelenggaraan Pondok Pesantren,
(Jakarta: Proyek Peningkatan Pondok Pesantren Tahun Anggaran, 2001. Direktorat
Pembinaan Perguruan Agama Islam, Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama, 2001).
h. 16
[26]Indrafachrudi,
Soekarto, Bagaimana Mengakrabkan Sekolah dengan Orang tua
Murid dan Masyarakat, (Malang: IKIP, 1994), h. 28
[27]Ibrahim Bafadhol, Dasar-dasar
Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 63
[30]Taufiq dahlan (ed), Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, (Jakarta:
Departemen Agama RI, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2003), h. 18
[31] Ibid, h. 19
[32]Ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar