Sabtu, 20 Desember 2014

MANAJEMEN HUBUNGAN MADRASAH DENGAN MASYARAKAT

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
  
A.    Pengertian Manajamen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
1.    Pengertian Manajemen
Dalam Kamus Ilmiah Populer memberikan makna manajemen sebagai pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang digunakan.[1]
Manajemen adalah proses atau kegiatan satu orang atau lebih yang memanfaatkan sumber daya yang ada untuk memperoleh hasil melalui kegiatan bersama dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.[2]
Manajemen yaitu proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka penerapan tujuan.[3]

9
 
 “Management is the planning, organizing, leading and controlling of human and other resources to achieve organizational goals effectively and efficiently.”[4]
Management focus: 1) prior; emphasis on short term perpormance measures and compensation 2) contemporary; emphasis on the long term, focus on critical succes factors, commitment to long term succes.[5]
2.    Pengertian Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan Madrasah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di madrasah. Dalam hal ini, madrasah sebagai sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Madrasah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan madrasah atau pendidikan secara efektif dan efesien. Madrasah hendaknya mengetahui apa kebutuhan masyarakat sehingga dapat memenuhinya. Dengan perkataan lain, antara madrasah dengan masyarakat harus dibina suatu hubungan yang harmonis.
Melalui hubungan yang harmonis tersebut diharapkan tercapai tujuan hubungan madrasah dengan masyarakat, yaitu terlaksananya proses pendidikan di madrasah secara produktif, efektif, dan efesien, sehingga menghasilkan lulusan madrasah yang produktif dan berkualitas. Lulusan yang berkualitas ini tampak dari penguasaan peserta didik terhadap ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang dapat dijadikan bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya atau hidup di masyarakat sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.[6]
Istilah hubungan dengan masyarakat dikemukakan kali pertama oleh presiden Amerika Serikat, Thomas Jefferson tahun 1807 dengan istilah Public Relations. Hingga saat ini pengertian hubungan dengan masyarakat itu sendiri belum mencapai suatu mufakat konvensional.
Adapun pengertian hubungan dengan masyarakat menurut Abdurrachman ialah kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, good will, kepercayaan, penghargaan dari publik sesuatu badan khususnya dan masyarakat pada umumnya.[7]
Sedangkan menurut Syamsi, hubungan dengan masyarakat adalah untuk mengembangkan opini publik yang positif terhadap suatu badan, publik harus diberi penerangan-penerangan yang lengkap dan obyektif mengenai kegiatan-kegiatan yang menyangkut kepentingan mereka, sehingga dengan demikian akan timbul pengertian darinya. Selain itu pendapat-pendapat dan saran–saran dari publik mengenai kebijaksanaan badan itu harus diperhatikan dan dihargai.[8]
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari masyarakat. Dan mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah untuk mensuksekan program-program sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah tersebut bisa tetap eksis.
Sedangkan hubungan sekolah dengan masyarakat, Kindred Leslie menyatakan bahwa pengertian hubungan sekolah dengan masyarakat adalah: “School public relations is a process of communication between the school and community for purpose of increasing citizen understanding of educational needs and practices and encouraging intelligent citizen interest and cooperation in the work of improving  the school”.[9]
Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dan masyarakat dengan maksud meningkatkan pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan praktek pendidikan serta mendorong minat dan kerja sama warganya dalam usaha memperbaiki sekolah.
Dalam definisi ini, terkandung maksud bahwa kepentingan hubungan sekolah dengan masyarakat tidak hanya sebatas pada kepentingan sekolah, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat. Jadi dalam hubungan sekolah dengan masyarakat terdapat unsur yang saling melengkapi.
Definisi tersebut juga menunjukkan bahwa dalam kegiatan hubungan sekolah dan masyarakat terkandung kegiatan komunikasi, sehingga dengan demikian, hubungan sekolah dengan masyarakat tidak hanya terjadi di sekolah saja, atau antara sekolah dan orang-orang atau lembaga di lingkungan sekolah tersebut, tetapi dapat menyangkut semua bentuk komunikasi tentang masalah pendidikan.[10]
3.    Pengertian Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pada umumnya, serta dari publik pada khususnya, sehingga kegiatan operasional sekolah/pendidikan semakin efektif dan efisien, demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.[11]


B.     Tujuan dan Manfaat Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Administrasi dan Supervisi Pendidikan mengemukakan bahwa: “tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat dapat ditinjau dari sudut kepentingan sekolah dan kepentingan masyarakat itu sendiri”.[12]
Dari sudut kepentingan sekolah, hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk:
1.      Memelihara kelangsungan hidup sekolah.
2.      Meningkatkan mutu pendidikan.
3.      Memperlancar proses belajar mengajar.
4.      Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.[13]

Sedangkan jika ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat, maka tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah:
1.      Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam bidang mental-spiritual.
2.      Memperoleh bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat.
3.      Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
4.      Memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang makin meningkat kemampuannya.[14]

Di samping tujuan-tujuan seperti di atas, ada pula beberapa tujuan lain dari hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu:
1.      Mengenalkan pentingnya sekolah bagi masyarakat.
2.      Mendapatkan dukungan dan bantuan moril maupun finansial yang diperlukan bagi pengembangan sekolah.
3.      Memberikan informasi kepada masyarakat tentang isi dan pelaksanaan program sekolah.
4.      Memperkaya atau memperluas program sekolah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
5.      Mengembangkan kerja sama yang lebih erat antara keluarga dan sekolah dalam mendidik anak-anak.
Menurut Elsbree dan McNally, berbagai tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat seperti disebutkan di atas dapat dikelompokkan secara garis besar menjadi tiga tujuan pokok yaitu:
1.      Untuk mengembangkan mutu belajar dan pertumbuhan anak-anak.
2.      Untuk mempertinggi tujuan-tujuan dan mutu kehidupan masyarakat.
3.      Untuk mengembangkan pengertian, antusiasme masyarakat dalam membantu pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah.[15]

Sedangkan menurut Mulyasa[16], tujuan dari hubungan sekolah dengan masyarakat adalah: (1) memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik; (2) memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat; dan (3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.

C.    Jenis-Jenis Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Sebagian masyarakat masih mengartikan hubungan sekolah dengan masyarakat dalam pengertian sempit. Mereka berpendapat bahwa hubungan kerjasama tersebut hanyalah sebatas pendidikan anak saja, sehingga ketika orang tua dan guru di sekolah sudah berusaha memberikan pendidikan, maka hal itu sudah dianggap cukup. Itulah sebabnya banyak kepala sekolah dan guru yang telah merasa cukup jika di sekolahnya telah ada BP3 atau komite sekolah yang sewaktu-waktu dapat dihubungi atau dijadikan perantara antara sekolah dan keluarga siswa dalam pemecahan masalah yang berkenaan dengan siswa, atau jika ada kebutuhan sekolah yang perlu dipikirkan bersama oleh sekolah dan orang tua murid. Padahal hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat mengandung arti yang lebih luas, bahkan mencakup beberapa bidang yang berkaitan dengan pendidikan anak dan masyarakat pada umumnya.[17]
Hubungan sekolah dengan masyarakat dapat digolongkan menjadi tiga jenis hubungan, yaitu; hubungan edukatif, hubungan kultural, dan hubungan institusional.[18]
1.      Hubungan edukatif
Hubungan edukatif adalah hubungan kerja sama antara sekolah dan masyarakat khususnya orang tua siswa dalam hal mendidik siswa tersebut. Adanya hubungan ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan prinsip atau bahkan pertentangan yang dapat mengakibatkan keraguan pendirian dan sikap pada diri siswa. Antara sekolah yang diwakili guru dan orang tua tidak saling berbeda dan berselisih paham, baik tentang norma-norma etika maupun norma-norma sosial yang hendak ditanamkan kepada siswa. Juga kerja sama dalam usaha pemenuhan fasilitas yang diperlukan untuk belajar baik di sekolah maupun di rumah, pemecahan masalah yang menyangkut kesulitan belajar maupun kenakalan anak-anak.[19]
Pelaksanaan program-program sekolah memerlukan partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik. Masyarakat dan orang tua tidak hanya mendukung melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite madrasah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas sekolah. Masyarakat dan orang tua menjalin kerja sama untuk memberikan bantuan dan pemikiran serta menjadi nara sumber pada berbagai kegiatan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.[20] Masyarakat dan orang tua juga secara aktif terlibat dalam proses kontrol kualitas hasil belajar siswa dan pengelolaan sekolah secara umum.[21]
Hubungan ini dapat direalisasikan antara lain dalam bentuk komite sekolah. Dalam sistem Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)/Manajemen Berbasis Madrasah (MBM), semua kebijakan dan program sekolah ditetapkan oleh komite sekolah yang merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari para anggota yang terdiri dari wakil pejabat pendidikan daerah, kepala madrasah, perwakilan guru, perwakilan orang tua/wali siswa, perwakilan tokoh masyarakat setempat, pengusaha dan pejabat daerah di mana sekolah itu berada. Komite sekolah inilah yang sangat berperan menetapkan segala kebijakan berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yang berlaku di daerah mana sekolah itu berada. Komite sekolah juga merumuskan dan menetapkan visi, misi dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah yang telah disepakati.[22]
Hubungan ini bisa pula direalisasikan dalam bentuk hubungan individual, yaitu dengan melakukan kunjungan oleh guru ke rumah orang tua siswa atau sebaliknya. Atau dapat pula dalam bentuk pertemuan antara guru-guru dengan para orang tua siswa per kelas untuk mengadakan dialog terbuka mengenai permasalahan pendidikan yang sedang dihadapi baik di sekolah maupun dalam keluarga berikut cara mengatasinya.
2.      Hubungan kultural
Yang dimaksud dengan hubungan kultural adalah usaha kerja sama antara sekolah dan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat di mana sekolah itu berada. Hal ini berkaitan dengan keberadaan sekolah sebagai lembaga yang diharapkan dapat menjadi barometer bagi maju mundurnya kehidupan, cara berpikir, kepercayaan, kesenian, adat istiadat dan sebagainya dari masyarakat lingkungan sekolah tersebut. Bahkan sekolah diharapkan menjadi tempat terpencarnya norma-norma kehidupan seperti norma agama, etika, sosial, estetika dan sebagainya.
Untuk itu diperlukan adanya hubungan kerja sama yang fungsional antara kehidupan sekolah dan masyarakat. Kegiatan-kegiatan kurikulum sekolah pun sedapat mungkin disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan masyarakat. Demikian pula dengan pemilihan bahan pengajaran dan metode-metode yang digunakan.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan hubungan kerja sama ini, sekolah dianjurkan untuk mengerahkan siswanya untuk membantu kegiatan-kegiatan sosial yang diadakan masyarakat. Seperti gotong royong bersama warga setempat dalam pembangunan jalan, perbaikan irigasi, penyelenggaraan perayaan hari besar nasional dan keagamaan, maupun dengan pementasan kesenian daerah. Sekolah juga diharuskan membantu menyediakan ruangan untuk kepentingan rapat-rapat, perayaan-perayaan, dan kelompok-kelompok belajar yang ada di masyarakat di sekitar sekolah tersebut. Kegiatan-kegiatan seperti ini mengandung pendidikan terhadap siswa untuk berpartisipasi dan turut bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungannya.[23]
3.      Hubungan institusional
Hubungan institusional merupakan hubungan kerja sama antara sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lainnya baik pemerintah maupun swasta, seperti hubungan kerja sama antara sekolah dengan sekolah lainnya, antara sekolah dengan kepala pemerintahan setempat, atau dengan perusahaan swasta dan organisasi kemasyarakatan tertentu.[24]
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mendidik anak-anak yang nantinya akan hidup sebagai anggota masyarakat yang terdiri dari berbagai macam golongan, status sosial dan pekerjaan sangat membutuhkan adanya hubungan kerja sama seperti ini. Dengan adanya hubungan kerja sama ini, sekolah dapat meminta bantuan dari lembaga-lembaga tersebut baik berupa tenaga pengajar, pemberian ceramah tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengadaan dan pengembangan kurikulum, maupun bantuan berupa fasilitas dan alat-alat yang diperlukan bagi kelancaran pelaksanaan program sekolah.
Realisasi hubungan kerja sama ini seperti kerja sama sekolah dengan instansi kesehatan dalam penyelenggaraan Unit Kesehatan Sekolah, kerja sama dengan pihak kepolisian dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang penyakit masyarakat, kerja sama dengan organisasi kepemudaan seperti Pramuka dalam usaha mengembangkan minat dan bakat siswa, dan lain-lain.
Dengan dilaksanakannya ketiga jenis hubungan sekolah dengan masyarakat tersebut, diharapkan sekolah tidak lagi selalu ketinggalan dengan perubahan dan tuntutan masyarakat yang selalu berkembang. Apalagi dengan perkembangan teknologi yang demikian pesat, jika sekolah tidak dapat mengikuti perkembangan tersebut, maka sekolah akan tercecer dan terisolasi dari masyarakat sehingga fungsinya akan lebih sebagai “penjara intelek” daripada lembaga pengembangan keilmuan. Adanya hubungan sekolah dengan masyarakat ini dimaksudkan pula agar proses belajar yang berlaku di sekolah mengalami perubahan, dari proses belajar dengan cara memberikan bahan pelajaran yang telah dicerna oleh guru, menjadi proses belajar yang inovatif, yaitu belajar secara antisipatoris dan partisipatoris. Dalam proses ini sekolah tidak hanya memberikan pengetahuan tentang pemecahan masalah, tetapi justru yang lebih penting adalah mengidentifikasi, mengerti dan merumuskan kembali masalah tersebut. Siswa dididik untuk berpartisipasi dalam arti luas di kehidupan masyarakat, dan dapat mengantisipasi kehidupan masyarakat yang akan datang di mana mereka akan hidup dan terlibat di dalamnya setelah mereka dewasa.[25]

D.    Teknik-Teknik Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Ada sejumlah tehnik yang kiranya dapat diterapkan lembaga pendidikan, tehnik-tehnik tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tehnik tertulis, tehnik lisan, dan tehnik peragaan, tehnik elektronik.

1.    Teknik Tertulis
Hubungan antara sekolah dan masyarakat dapat dilakukan secara tertulis, cara tertulis yang dapat digunakan meliputi:
a.    Buku kecil pada permulaan tahun ajaran
Buku kecil pada permulaan tahun ajaran baru ini isinya dijelaskan tentang tata tertib, syarat-syarat masuk, hari-hari libur, hari-hari efektif. Kemudian buku kecil ini dibagikan kepada orang tua murid, hal ini biasanya dilaksanakan di taman kanak-kanak (TK).
b.    Pamflet
Pamflet merupakan selebaran yang biasanya berisi tentang sejarah lembaga pendidikan tersebut, staf pengajar, fasilitas yang tersedia, dan kegiatan belajar. Pamflet ini selain di bagikan ke wali murid juga biasanya di sebarkan ke masyarakat umum, selain untuk menumbuhkan pengertian masyarakat juga sekaligus untuk promosi lembaga.[26]
c.    Berita kegiatan murid
Berita ini dapat dibuat sederhana mungkin pada selebaran kertas yang berisi informasi singkat tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah atau pesantren. Dengan membacanya orang tua murid mengetahui apa yang terjadi di lembaga pendidikan tersebut, khususnya kegiatan yang dilakukan murid.
d.   Catatan berita gembira
Tehnik ini sebenarnya mirip dengan berita kegiatan murid, keduanya sama-sama ditulis dan disebarkan ke orang tua. Hanya saja catatan berita gembira ini berisi tentang keberhasilan seorang murid. Berita tersebut ditulis di selebaran kertas dan disampaikan kepada wali murid atau bahkan disebarkan ke masyarakat.
e.    Buku kecil tentang cara membimbing anak
Dalam rangka menciptakan hubungan yang harmonis dengan orang tua, kepala sekolah atau guru dapat membuat sebuah buku kecil yang sederhana yang berisi tentang cara membimbing anak yang efektif, kemudian buku tersebut diberikan kepada orang tua murid.[27]
2.    Teknik Lisan
Hubungan sekolah dengan masyarakat dapat juga lisan, yaitu:
a.         Kunjungan rumah
Dalam rangka mengadakan hubungan dengan masyarakat, pihak sekolah dapat mengadakan kunjungan ke rumah wali murid, warga atupun tokoh masyarakat. Melalui kunjungan rumah ini guru akan mengetahui masalah anak dirumahnya. Apabila setiap anak diketahui problemnya secara totalitas, maka program pendidikan akan lebih mudah direncanakan untuk disesuaikan dengan minatnya. Hal ini akan memperlancar mancapai tujuan program pendidikan sekolah tersebut.[28]
b.         Panggilan orang tua
Selain mengadakan kunjungan ke rumah, pihak sekolah sesekali juga memanggil orang tua murid datang ke sekolah. Setelah datang, mereka diberi penjelasan tentang perkembangan pendidikan di lembaga tersebut. Mereka juga perlu diberi penjelasan khusus tentang perkembangan pendidikan anaknya.
c.         Pertemuan
Dengan tehnik ini berarti sekolah mengundang masyarakat dalam acara pertemuan khusus untuk membicarakan masalah atau hambatan yang dihadapi sekolah. Pertemuan ini sebaiknya diadakan pada waktu tertentu yang dapat dihadiri oleh semua pihak yang diundang. Sebelum pertemuan dimulai acaranya disusun terlebih dahulu. Oleh karena itu, dalam setiap akan mengadakan pertemuan sebaiknya dibentuk panitia penyelenggara.
3.    Teknik Peragaan
Hubungan sekolah dengan masyarakat dapat dilakukan dengan cara mengundang masyarakat melihat peragaan yang diselenggarakan sekolah. Peragaan yang diselenggarakan biasanya berupa pameran keberhasilan murid. Misalkan di TK menampilkan anak-anak bernyanyi, membaca puisi, atau biasanya di pesantren ketika mengadakan pengajian ditampilkan santri-santri yang hafal nadhom alfiyah. Pada kesempatan itu kepala sekolah atau guru atau juga pengasuh kalau di pondok pesantren dapat menyampaikan program-program peningkatan mutu pendidikan dan juga masalah atau hambatan yang dihadapi dalam merealisasikan program-program itu.[29]
4.    Teknik Elektronik
Seiring dengan perkembangan teknologi elektronik maka dalam mengakrabkan sekolah dengan orang tua murid dan masyarakat pihak sekolah dapat menggunakan sarana elektronik, misalkan dengan telpon, televisi, ataupun radio, sekaligus sebagai sarana untuk promosi pendidikan.

E.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

1.      Tenaga pelaksana
Sesuai dengan konsep otonomi sekolah, kepala sekolah memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk mengambil keputusan berkaitan dengan sistem administrasi pendidikan. Meski demikian, dalam pengambilan keputusan perlu dilaksanakan secara demokratis, antara lain dengan melibatkan semua pihak khususnya guru dan orang tua peserta didik; membentuk pengambil keputusan dalam hal-hal yang relevan dengan tugasnya; serta menjamin kerja sama dengan masyarakat dan dunia kerja.[30]
Kepala sekolah dan seluruh warganya harus menjadi learning person yang senantiasa belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan secara terus menerus. Seluruh warga sekolah perlu memiliki pengetahuan untuk meningkatkan prestasi, memahami dan melaksanakan berbagai teknik. Untuk itu sekolah harus memiliki sistem pengembangan sumber daya manusia yang diwujudkan melalui pelatihan atau yang sejenis.[31]
Sebagai ujung tombak pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat, kepala sekolah harus dapat menggerakkan seluruh komponen administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang sedang dihadapi sekolah, kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan masyarakat, untuk kemudian bersama-sama mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut.
2.      Media informasi
Dalam pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat, perlu adanya informasi yang jelas tentang program pendidikan dan lainnya yang netral dan transparan, karena dari informasi tersebut seseorang akan mengetahui kondisi sekolah. Informasi ini diperlukan untuk keperluan monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas sekolah. Informasi yang amat penting untuk dimiliki sekolah, antara lain berkenaan dengan kemampuan guru, prestasi peserta didik, alumni madrasah, kepuasan orang tua dan peserta didik, serta visi dan misi madrasah.[32]
Ada beberapa media informasi yang dapat digunakan dalam hubungan sekolah dengan masyarakat yang secara umum terbagi menjadi dua, yaitu media langsung dan media tidak langsung.
Yang tergolong media langsung adalah seperti:
a.       Rapat-rapat formal dalam rangka membahas program sekolah dalam upaya peningkatan kegiatan dan peningkatan mutu pendidikan yang diselenggarakan sekolah dan anggota komite sekolah.
b.      Pekan pendidikan.
c.       Peringatan hari ulang tahun sekolah.
d.      Kunjungan guru ke rumah siswa atau kunjungan orang tua siswa ke sekolah.
Sedangkan yang termasuk media tidak langsung adalah media tanpa tatap muka, yaitu bisa berupa:
a.       Media cetak seperti buletin atau majalah sekolah, koran, brosur dan lain-lain.
b.      Media elektronik seperti telepon, siaran radio dan televisi, video dan lain-lain.
3.      Lingkungan
Masyarakat merupakan lingkungan sosial yang memiliki pengaruh terhadap sikap dan cara-cara kerja para karyawan, guru-guru, bahkan kepala sekolah sebagai tenaga pelaksana dalam administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat. Karena itu perlu dipelajari ciri-ciri dan sifat-sifat masyarakat di lingkungan sekolah tersebut.
Isi lingkungan sosial dapat dikelompokkan menjadi empat kategori yang satu sama lain saling berkaitan, yaitu:
a.       Fisik, teknologi, dan sumber daya manusia (physical, technological, and human resources);
b.      Sistem hubungan keluarga dalam masyarakat (relational system in the community);
c.       Jaringan-jaringan organisasi (the network of organizations);
d.      Cara-cara berpikir, kepercayaan dan nilai-nilai (pattern of thought, belief, and values) yang ada dan dianut oleh anggota masyarakat.[33]
Untuk dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka hubungan sekolah dengan masyarakat dengan lebih efektif, maka kepala sekolah dan para guru perlu memahami dan mempelajari keempat isi lingkungan sosial tersebut pada lingkungan masyarakat di mana sekolah itu berada.
Masyarakat Indonesia misalnya, dilihat dari sisi lingkungan sosialnya adalah masyarakat yang heterogen. Setiap daerah dan wilayah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Masyarakat daerah pegunungan yang didominasi oleh golongan petani tentunya berbeda dengan masyarakat daerah pesisir yang kebanyakan adalah nelayan. Demikian pula dengan masyarakat di kota-kota besar yang umumnya merupakan pedagang, pengusaha atau karyawan berbeda dengan masyarakat di daerah pelosok yang belum dijamah oleh kemajuan teknologi. Perbedaan isi lingkungan sosial tersebut mempengaruhi dan mencerminkan adanya perbedaan dan pandangan hidup, cara berpikir, dan persepsinya terhadap pendidikan sesuai dengan lingkungan sosial masing-masing. Dengan memahami perbedaan dan karakteristik isi lingkungan sosial beserta prosesnya, diharapkan sekolah dapat mengadaptasi kegiatan-kegiatannya dalam usaha melaksanakan kerja sama antara sekolah dan masyarakat.[34]






[1]Prus A. Partanto dan M. Dahlan Al Bary, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arloka, 1994), h. 434

[2]Arsyad Azhar, Pokok-pokok Manajemen, (Yogykarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 4

[3]Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 5

[4]Gareth R. Jones, Jennifer M. George, Essentials of Contemporary Management, (Americas, New York: Mc Graw-Hill/Irwin, an Imprint of the Mc Graw-Hill Companies, Inc, 2004), h. 4

[5]Edward J. Blocher, et all, Study Guide For Use With Cost Management A Strategic Emphasis, (Americas, New York: Mc Graw-Hill/Irwin, an Imprint of the Mc Graw-Hill Companies, Inc, 2002), h. 7-8
[6]E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Madrasah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), cet. ke-14, h. 50-52

[7]Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 155

[8]Ibid, 157
[9]Hendyat Sutopo dan Wasty Soemanto, Pengantar Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 47

[10]Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 99-100

[11]Suryosubroto, op. cit., h. 155

[12]M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1987), h. 189

[13]Ibid, h. 190

[14]Ibid. h. 192

[15]Ibid. 195

[16]E. Mulyasa,. Manajemen Berbasis Sekolah. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 50
[17]M. Ngalim Purwanto, op. cit., h. 194.

[18]Ibid.195

[19]Ibid. 196

[20]Husniar Arsyuddin (ed.), Pola Manajemen Penyelenggaraan Pondok Pesantren, (Jakarta: Proyek Peningkatan Pondok Pesantren Tahun Anggaran, 2001. Direktorat Pembinaan Perguruan Agama Islam, Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama, 2001). h. 16

[21]Ibid, h. 96

[22]Ibid, h. 86-87
[23]M. Ngalim Purwanto, op. cit., h. 195

[24]Ibid. 198
[25]Ibid, h. 196
[26]Indrafachrudi, Soekarto, Bagaimana Mengakrabkan Sekolah dengan Orang tua Murid dan Masyarakat, (Malang: IKIP, 1994), h. 28

[27]Ibrahim Bafadhol,  Dasar-dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 63

[28]Indrafachrud, op. cit., h. 69
[29]Ibrahim Bafadhol, op. cit., h. 69 
[30]Taufiq dahlan (ed), Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, (Jakarta: Departemen Agama RI, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2003), h. 18

[31] Ibid, h. 19
[32]Ibid
[33]M. Ngalim Purwanto, op. cit., h. 197

[34]Ibid, h. 197-198

Tidak ada komentar:

Posting Komentar